Walikota Tebing Tnggi, Ir Umar Zunaidi Hasibuan MM
TEBINGTINGGINEWS-Kota Tebingtinggi yang diapit Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) terutama
wilayah perkebunan PTPN 3 Kebun Rambutan, PTPN 4 Kebun Pabatu, PT Paya Pinang
Grup dan PT Scopindo dan PTPN 3 Kebun Pamela sangat kedapan merupakan segitiga
emas perlintasan dari Timur menuju Pematang Siantar dan perlintasa Barat menuju
Kisaran Pakanbaru. Tebingtinggi juga dibelah oleh dua sungai, yakni Sungai
Padang dan Sungai Bahilang, sungai tersebut langsung membelah jantung inti
kota.
Pertokoan dan ruko-ruka banyak berdiri, karena kepadatan tingkat hunian
di kota, mereka mayoritas etnis Thionghoa menjadikan ruko menjadi tempat
tinggal, rata-rata mereka tidak memiliki bak penampungan WC (Sptik tank) dan
air limbah cucian, masyarakat membuangnya langsung kedalam aliran Sungai
Bahilang dan Sungai Padang. Kedepan, apabila hal demikian tidak menjadi
perhatian bersama, diperkirakan 10 tahun lagi kedepan, air sungai tersebut
sangat tercemar zat-zat kotoran manusia dan limbah-limbah rumah tangga,
seharusnya sungai bisa dimamfaatkan oleh warga yang bermumkim dipinggiran
sungai, tetapi saat ini tidak bisa dipergunakan lagi, karena selain bau tidak
sedap, air sungai sudah tercemar tingkat tinggi sehingga membahayakan kesehatan
seperti bisa menimbulkan penyakit diare dan gatal-gatal pada kulit tubuh
manusia.
Tebingtinggi dalam pengembangannya menjadi Kota Jasa dan perdagangan yang
dilalui oleh sungai, rentan terhadap permasalahan persoalan sanitasi dan
seputarnya, sekaligus menjadi tantangan dalam pemenuhan pelayanan dasar bidang
sanitasi dan pengembangan infrastruktur perkotaan.
Kendala yang tetap dialami dan penomena pemikiran warga Kota Tebingtinggi
terutama yang tinggal bantaran sungai masih melakukan sungai sebagai tempat
pembuangan limbah sampah rumah tangga, kurangnya pemahaman masyarakat akan
pentingnya sanitasi, belum banyak mengetahui tata cara pembuatan spetik tank
yang sehat dan jauh dari sumur, kualitas air permukaan di Kota Tebingtinggi
diambang normal dan banyak mengandung elkolin sehingga membahayakan jika
dikomsumsi secara berkelanjutan dan masih minimnya fasum sanitasi yang ada.
Kota Tebingtinggi melalui pemerintahnya wajib melakukan hubungan
kerjasama dengan pihak internasional, seperti yang dilakukan dengan pihak
Pemerintah Australia (Australian Goverment) yang tergabung dalam sAIIG dan
INDII (Indonesia Infrastructure Initive) memberikan hibah kepada Indonesia
yaitu kepada Pemko Tebingtinggi dalam capaian target MDGs tahun 2015 dalam
layanan akses air minum dan layanan sanitasi.
Pengertian sanitasi dalam program yaitu air limbah, air bersih,
persampahan dan drainase. Walikota Tebingtinggi
Ir H Umar Zunaidi Hasibuan sangat respon dengan apa yang dilakukan oleh
pihak Pemerintah Australia yang peduli dengan masalah sanitasi di Kota Lemang
ini, menurutnya, Tebingtinggi sangat membutuhkan Ipal untuk menyalurkan kotoran
masyarakat dan limbah bekas cucian tertampung pada suatu tempat dan tidak lagi
dibuang langsung ke dalam aliran sungai khususnya dikawasan padat penduduk,
karena berbagai faktor, sehingga ini perlu dilakukan, dimana, tempat padat
penduduk, untuk membuat septik tank dan bak penampungan kotoran tidak mungkin
lagi karena bangunan yang pada sehingga tidak ada lagi ruang.
Penduduk di kawasan padat akan mengambil jalan pintas dengan langsung
membuat saluran dan membuangnya langsung ke sungai, semangkin lama, maka sungai
tersebut terus tercemari berbagai limbah. “Hal ini yang mendorong kuat hati
saya untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Masyarakat juga diminta
untuk tidak membuang sampah kotoran rumah tangga kedalam sungai. Pendidikan dan
sosialisasi sanitasi harus secara berkelanjutan di informasikan kepada
masyarakat,”jelasnya.
Untuk sektor air limbah,
Pemko Tebingtinggi telah melaksanakan pembangunan Ipal dikawasan Jalan Udang
Kelurahan Badak Bejuang Kota Tebingtinggi dengan menyerap dana Rp3,2 miliar
dari APBN 2013. Pembangunan Ipal tersebut akan melayani sambungan rumah (SR)
sebanyak 125 SR dari APBD 2013, 100 SR dari APBD 2014 dan 175 SR dari RAPBD
tahun 2015. Sedangkan untuk pembangunan Ipal komunal di Kelurahan Mandailing
Kota Tebingtinggi menelan dana Rp1 miliar dari APBD tahun 2013 yaitu menyerap
200 SR pada APBD 2015.
Sektor air bersih, pemasangan istalasi pengolahan (IPA) dengan
dana Rp8,7 miliar bersumber dari DAK 2014, pengadaan dan pemasangan pompa
produksi untuk PDAM Tirta Bulian bersumber dari DAK 2014 sebesar Rp275 juta dan
pemasangan sambungan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui
pernyertaan modal kepada PDAM Tirta Bulian sebesar Rp5 miliar dari APBD tahun
2014. Sektor persampahan, Pemko
Tebingtinggi juga telah melakukan pengadaan lahan TPA yang bersumber dari APBD
2013 sebesar Rp2 miliar dan pengadaan excavator yang ditampung di APBD tahun
2014. Sektor Drainase, Pihak
Pemerintah Kota Tebingtinggi melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) melakukan
peningkatan saluran skunder Pinang Mancung Kota Tebingtinggi, peningkatan
saluran skunder di Kelurahan pelita dan rehabilitasi saluran skunder di
Kelurahan Bulian Kota Tebingtinggi.
Walikota Tebingtinggi Ir Umar Zunaidi Hasibuan mengucapkan terimah
kasihnya kepada pihak Pemerintah Australia yang masih peduli dengan masalah
sanitasi lingkungan, terutama IUWASH-USAID dalam melakukan pendampingan dan
penyusunan Ipal di Jalan Udang Kota Tebingtinggi, dilakukannya sosialisasi
kepada masyarakat sebagai calon pelanggan Ipal Kawasan dan Ipal Komunal,
sedangkan untuk sAIIG-AusAID yaitu memberikan bantuan hibah melalui mekanisme
reimbursment tahapan SR yang telah dibangun melalui dana APBD dan sanitasi
dengan perjanjian penurusan hibah (PPH) sebesar Rp1,6 milir untuk 600 sambungan
rumah (SR) di Kelurahan Badak Bejuang, Tebingtinggi Lama, Mandailing dan
Kelurahan Pasar Gambir serta penerusan hibah sebesar Rp5 miliar untuk
pemasangan jaringan 2.000 SR untuk MBR. “Dengan itu, Pemko Tebingtinggi bisa
terbantu, jikalau berharap dari APBD dan PAD Tebingtinggi, kita tidak mampu
melaksanakan pembangunan yang langsung menyentuh kepada masyarakat
banyak,”jelasnya.
Pemko Tebing
Harus Mampu Berikan Pemahaman Sanitasi
Wakil Walikota Tebingtinggi Ir H Oki Doni Siregar didampingi Kepala
Bapedda, Gul Bakhri Siregar SIP MSi memaparkan sedikit kendala awal tercipta di
testimoni masyarakat karena kurangnya informasi tentang sanitasi lingkungan,
karena prinsip masyarakat yang kurang menghargai pentingnya sungai bagi
kehidupan, makanya Pemko Tebingtinggi secara rutin baik pada forum diskusi dan
program Jumat Keliling (Jumling) disetiap kelurahan sebanyak 35 kelurahan
selalu memperdayakan program sanitasi seperti bahaya limbah masyarakat bagi
sungai, masalah sampah dan pengolahan sampah menjadi nilai ekonomis dan
keuntungan pendapatan masyarakat.
Terutama di kawasan padat penduduk, kita selalu mengingatkan warga untuk
mencintai lingkungannya, seperti pemamfaatan sampah organik yang bisa diolah
menjadi pupuk kompos dan pengolahan sampah non organik menjadi komoditi
kerajinan tangan seperti tas, sandal dan kerajinan lainnya. Untuk program
sanitasi ini, Pemko Tebingtinggi mengharapkan warga yang tinggal dibantaran
sungai untuk tetap memperhatikan sungai dan jangan mencemarinya, dimana seperti
pembuangan limbah kotoran dan limbah bekas cucian hendaknya warga menerima
pemasangan SR untuk Ipal Kawasan sehingga sungai bebas tercemar kotoran.
“Bayangkan saja, kalau warga yang membuang kotoran ke sungai seribu kepala
keluarga (KK) dalam sehari, kalau setahun bagaimana tingkat pencemarannya,
mungkin tidak terhitung lagi,”papar Oki.
Maka dengan adanya program sanitasi ini, diharapkan kotoran dan limbah
masyarakat mampu ditampung dalam bak pengolahan limbah dan tidak mencemari ini,
warga diharapkan bisa mendukung program pemerintah untuk melesatrikan
lingkungan demi untuk kesehatan masyarakat itu sendiri.
Komunitas Pecinta Sungai Bahilang (Kecambah), Drs Abdul Khalik MAP
menjelaskan bahwa tingkat pencemaran lingkungan khususnya kepada sungai di
Tebingtinggi sudah diambang batas, mengapa hal itu demikian, karena lahan
Daerah Aliran Sungai (Das) Sungai Bahilang yang membelah jatung kota telah
menjadi pemukiman dan ruko penduduk, banyak sampah dan kotoran manusia dibuang
langsung kedalam sungai tanpa ada pengolahan limbah terlebih dahulu, melalui
Pemerintah Australia yang memberikan kepeduliannya tentang sanitasi lingkungan
menambah kecerdasan masyarakat untuk semangkin peduli mencintai lingkungannya
terutama sungai sebagai bagian dari hidup manusia.
Adanya sanitasi sektor Ipal Komunal dan Ipal Kawasan tersebut, kedepan
sungai-sungai yang ada di Kota Tebingtinggi tidak akan tercemar lagi, bahkan
warga kedepan bisa mempergunakannya sumber air sungai sebagai kebutuhan dari
hidupnya, prilaku membuang sampah kedalam sungai hendaknya bisa ditingalkan
masyarakat, karena Pemko Tebingtinggi melalui Dinas Pertamanan dan Kebersihan
(DKP) telah menyediakan bak-bak penampungan sampah (bank sampah) yang terbagi
untuk sampah rumah tangga organik dan non organik, bahkan untuk sampah organik,
warga diharapkan bisa memfaatkannya untuk menjadi pupuk kompos dengan
pengolahan yang benar. “Prilaku bisa menjaga dan mencintai sungai hendaknya
bisa diterapkan terus di masyarakat, sosialiasasi tentang pemahaman pentingnya
sungai bagi kehidupan harus terus dilaksanakan dan peranan Pemko Tebingtinggi
menjadi terdepan didampingi dengan komunitas-komunitas pencinta sungai,”papar
Khalik.
Berbagai tanggapan positif dan negativ muncul dari masyarakat, seperti
Abdul Malik Lubis (43) warga Jalan Udang Kota Tebingtinggi mengaku selama ini
membuang kotoran dan cucian rumah tangga menuju saluran pipa pembuangan kedalam
Sungai Padang, karena untuk membuat septik tank membutuhkan lahan dan biaya
besar, tetapi setelah adanya program dari Pemerintah Australia atas bantuan
pembuatan Ipal Kawasan, warga yang memiliki Sambungan Rumah (SR) tidak langsung
membuangnya kedalam aliran sungai, tetapi dengan penyambungan tersebut, kita
bisa membuangnya lewat saluran yang sudah ada tempat penampunganya.
“Awalnya kita sempat protes karena jalan didepan rumah digali sehingga
menyulitkan lalulintas, tetapi setelah mendapat penjelasan dari pihak Dinas
Pekerjaan Umum (PU) Kota Tebingtinggi, masyarakat menyadari bahwa pentingnya
pembangunan Ipal untuk saluran kotoran masyarakat dan limbah cucian yang
membahayakan ekositem sungai mampu teratasi,”bilang Abdul Malik.
Lain lagi penuturan Asiong (54) warga Senangin Kelurahan Badak Bejuang
menuturkan beberapa kelemahan dari program sanitasi yang dilakukan oleh Pemko
Tebingtinggi, tetapi dari kelemahan tersebut secara langsung masyarakat masih
lebih banyak diuntungkan. Terutama saat pembangunan pengorekan penanaman pipa,
penguna lalulintas jalan banyak terganggu dan setelah selesai, kondisi jalan
tidak mendapat perbaikan seperti semula.
Sementara untuk keuntungannya, masyarakat selama ini tidak mengetahui
program sanitasi dengan adanya program hibah dari Pemerintah Australia kepada
Pemko Tebingtinggi masyarakat jadi mengetahuinya, beberapa keuntungan tersebut
yaitu masyarakat jadi bisa menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang
sampah rumah tangga , kotoran manusia dan limbah cucian langsung ke aliran
sungai. “Kita berharap kedepan, seluruh kawasan padat penduduk harus mempunyai
Ipal Kawasan ataupu Ipal Komunal, karena dengan ini, kita tidak secara langsung
telah menyelamatkan kelestarian ekositem sungai yang diambang
kehancuran,”ungkap Asiong. (PIAN)
0 comments:
Post a Comment